Nasi Buk, Makanan Khas Malang
Plux | Oct 21, 2008 | Comments
2
Namanya cukup singkat, Nasi Buk. Ya cuma 3 huruf
Buk, tapi rasanya bisa bikin lidah serasa di gebug kenikmatan dan
akhirnya membuat ketagihan. Setiap pulang kampung hampir
setiap hari aku makan nasi Buk. Penjual nasi Buk di dominasi oleh ibu –
ibu dari Madura dan mereka pun buka pada saat Lebaran Idul Fitri dan
akan libur beberapa hari pada saat lebaran Haji.
Nasi Buk ini banyak di jumpai di
Malang, sebut saja Nasi Buk Matirah yang ada di depan stasiun kota
Malang, juga nasi Buk yang ada di gang Semarang dan masih banyak lagi.
Pada saat liburan tempo hari aku
mencoba nasi Buk yang ada di seberang Depo Pertamina di seputaran jalan
Halmahera, Malang.
Bertempat di halaman rumah orang,
si penjual sepertinya tidak ada waktu sama sekali untuk beristirahat
barang sejenak. Bagaimana tidak pembelinya silih berganti datang dan
pergi. Ada yang datang lengkap dengan bayi yang masih digendong dan juga
kakek – nenek pun juga hadir disana. Kendaraan yang parkir pun beragam,
mulai dari sepeda pancal sampai dengan kendaraan mewah seperti Alphard,
BMW dan Mercy pun parkir didepannya.
Selama beberapa hari berada di
Malang, hampir setiap pagi aku sempatkan untuk nongkrong di sini, aku
pikir mumpung berada di Malang sekalian aja aku puas – puasin deh
makannya daripada ngiler.
Karakter pembeli pun beragam, mulai
dari yang ’ngeyel’ minta didahulukan sampai yang sabar
menanti. Yang aku suka dari ibu penjualnya adalah melayani dengan
prinsip first come first serve, apakah mau makan di tempat atau
pun di bawa pulang ya judulnya harus ngantri.
Yang khas dan selalu ada di nasi
Buk adalah dendeng ragi, terbuat dari kelapa dan dendeng daging, juga
sayur lodeh nangka muda + tahu gembos serta serundeng kelapa ikut
meramaikan isi dari nasi Buk ini. Untuk lauk bisa dipilih telor godog,
ayam, empal, babat dan beberapa jenis jeroan lainnya.
Nah, inilah wajah dari si penjual
yang bikin pelanggannya rela untuk ngantri dan datang setiap hari tak
terkecuali aku pun ikutan ngantri demi makanan yang bikin lidah
bergoyang.
Sampai jumpa di petualangan
lidah berikutnya
Regards, Plux
No comments:
Post a Comment